SADIS TAPI ROMANTIS
Cinta adalah kasih, kasih
berbuah pergorbanan, menepis bahagia, menggores luka. hinggap rasa yang
berdejak kagum. banyak cinta yang masih suci tersemayam di pelosok negeri.
Yahh,, itu masih ada. Cinta itu seperti landorundun kepada Eppy, bukan cerita
romantis yang bertebaran rayuan dan asmara tapi sadis yang menyelimuti romantis.
Kisah itu berawal dari keputusan untuk menjalani hidup yang saling
berseberangan. Eppy yang memilih mengadu nasib di negeri orang untuk mencari
nafkah serta membayar pengobatan ibu nya yang hampir sekarat. Sedangkan
landorundun yang tetap menjalani hidup di kampung kelahiran nya serta
meneruskan tradisi melestarikan kain sarita kebanggaan toraja.
Nah kisah ini berawal dari duka yang dialami
nya di lingkungan keluarga ketika ayah landorundun mulai serakah dengan merampok
habis harta ibu yang dicintai nya. Menghajar habis landorundun dan epy hingga
pinsan, merampas kalung dan manik-manik ibu nya, kemudian saat mereka siuman alih-alih
ayah yang tadi menyiksa nya sudah terbang bersama uang dan perhiasan yang
tersimpan di peti kayu berukir Pa’ Tanduk Ra’pe. Dan sejak pagi naas itu, ibu
jatuh sakit. Tepatnya, sakit yang tidak tersembuhkan.
Mengingat apa yang dia alami begitu miris, di
tambah lagi kondisi ekonomi keluarga. Landorundun mulai bangkit menumbangkan
pohon iblis dan meraih kendali waktu. Bagaikan kupu-kupu yang terbebebas dari
jaring laba-laba hitam, ia mengepak sayap patahnya dan terbang menuju pelangi
impian. Pilihan landorundun untuk bangkit dari keterpurukan dengan lebih giat
lagi mambatik kain sarita. ”Bagi orang Tana Toraja, membatik kain sarita jauh
lebih mulia daripada menyerahkan sesaji di ulu banua. Semua orang bisa
melakukannya, tapi tidak ada yang bisa membatik kain sarita.”
Meski duka bertamu di seluruh celah waktu,
landorundun setia memelihara cahaya harapan. Epy tidak bisa memahami pilihan
kakak perempuan nya itu. Ia cerdas dan cantik. Tapi, ia memlilih pekerjaan yang
tidak banyak menghasilkan uang. Padahal, kami harus menabung untuk
menyelenggarakan rambu solo’ bagi indo dan membayar hutang-hutang ibu nya yang
menjamur di mana-mana.
Melihat pekerjaan yang
dilakoni kakak peremupuan nya, epy tak kuasa bila tidak melakukan apa-apa. Tapi,
pilihan yang di pilih epy berbeda dengan yang di laokoni landorundun. Pilihan epy
adalah menjadi TKW karena dengan pekerjaan yang mudah dia bisa mendapatkan
banyak uang. Namun, landorundun memintaku untuk menyelesaikan sekolah lebih
dulu, jawabku berat. Sebongkah batu terasa terperosok di tenggorokanku. . Tidak
kusebutkan, Landorundun bertekad menyekolahkan diriku sampai lulus sarjana.
Bila Landorundun mengatakan, ia pasti
menepati. Janjinya sepasti matahari. Ini membuatku cemas. Sebagaimana Eppi dan
burung-burung di dalam sangkar, aku merindu bebas.
Hari berganti, epy
sudah membulatkan tekad nya untuk pergi ke arab saudi. Tidak lama lagi, ia akan
terbang jauh, bebas, serupa layang-layang yang lepas dari benangnya,
meninggalkan diriku dan padang ilalang kenangan. Diam-diam, aku iri padanya.
Seumur hidup, aku akan terkurung di Indonesia, tak pernah bertualang ke
negeri-negeri lain. Dari tahun ke tahun, aku hanya mengamati langit dan
menghirup aroma bumi yang sama. Pesona Kete’ Kesu tak mampu menghalau mimpiku
untuk menginjakkan kaki di negeri-negeri yang hanya bisa kubaca dari buku. Bila
bukan merawat to makula ibu, aku tentu akan memilih menjadi TKW seperti Eppi.
Tahun demi tahun, mereka
berdua menjalani hidup terpisah jauh. usaha kain sarita yang dirintis
Landorundun menemukan jejak cahaya. Berkat kerja keras Landorundun yang tanpa
pamrih, penduduk tondok semakin sejahtera. Dulu, anak muda-anak muda
berlomba-lomba menjadi TKI, TKW, atau bekerja di Ibu Kota. Tapi sekarang,
mereka melabuhkan impian di halaman tondok saja, tidak jauh dari mata.
Dalam sepucuk kartu pos
dari Arab Saudi, Eppi mengaku menyesal tergesa-gesa membuat pilihan hidup.
“Andai Puang Matua bisa memutar waktu, aku ingin tetap berada di tondok kita;
mengukir, membatik kain sarita, dan memintal. Di Arab Saudi, para tenaga kerja
dari Indonesia seolah mengundi nasib. Ada yang bernasib baik, memiliki majikan
yang menghargai mereka sebagai manusia. Tapi, tak sedikit yang dikhianati
nasib—termasuk epy.”
Hatiku bergetar ketika
membaca kalimat terakhir yang tertera pada kartu pos bergambar
mengerikan—sebuah peristiwa hukuman pancung. Alih-alih mengharapkan perubahan
hidup dan bisa membantu kakak nya dengan pekerjaan yang ia pilih. Apalah daya
tidak semua yang di harapkan bisa terwujud . Bukan kemapanan yang Eppi dapat
namun pelecehan yang dilakukan anak majikannya yang Eppi alami. Akhirnya Eppi
terjerobos ke dalam jeruji besi dan mendapat hukuman pancung karena membunuh
anak majikannya.
Landorundun kini
menjadi tokoh yang disegani karena usaha membatik kain sarita kebanggan tanah
toraja, dikerjakanan dengan penuh teliti dan rajin akhirnya berhasil. Namun,
saat di puncak keberhasilan nya landarundun tidak menyumbangkan sepeserpun
utnuk persembahan adat. Londorundun dianggap orang kaya yang pelit meski yang
sebenarnya Landorundun bukannya pelit akan tetapi Landorundun menghemat dan
menabung uang yang diperolehnya dari hasil usaha untuk menebus Eppi yang akan
di hukum pancung dinegeri arab.
“Seorang yang menyangi
tanpa mengharap balasan tidak banyak ditemukan, tapi itu tumbuh dalam diri
landorundun”
Komentar
Posting Komentar